Sarana Katiga Nusantara
Scaffolding, atau yang sering disebut sebagai perancah, adalah bagian integral dalam industri konstruksi yang memfasilitasi proses pembangunan bangunan dengan aman dan efisien. Di balik struktur tersebut, ada pekerja yang memainkan peran penting dalam memastikan keamanan dan keandalan sistem tersebut. Mereka adalah para teknisi scaffolding, yang bertanggung jawab atas perakitan, pengaturan, dan pemeliharaan scaffolding di lokasi konstruksi.
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi lebih dalam tentang pelatihan teknisi scaffolding dan betapa vitalnya peran mereka dalam industri konstruksi.
Peran dan Tanggung Jawab Teknisi Scaffolding
Teknisi scaffolding bertanggung jawab atas berbagai tugas yang berkaitan dengan perancah. Pertama-tama, mereka bertanggung jawab atas perakitan dan pengaturan scaffolding sesuai dengan spesifikasi dan kebutuhan proyek. Ini mencakup memahami desain scaffolding, memilih bahan yang sesuai, dan memastikan keselamatan struktur yang dibangun.
Selain itu, teknisi scaffolding juga harus memastikan bahwa scaffolding beroperasi sesuai dengan standar keselamatan yang ditetapkan. Mereka melakukan pemeriksaan rutin terhadap scaffolding untuk mendeteksi kerusakan atau keausan yang dapat mengancam keamanan pekerja di lokasi konstruksi. Pemeliharaan rutin dilakukan untuk memastikan keandalan struktur dan untuk mencegah kecelakaan yang dapat terjadi akibat kegagalan scaffolding.
Teknisi scaffolding juga terlibat dalam pemecahan masalah dan perbaikan jika terjadi masalah dengan scaffolding. Mereka harus dapat dengan cepat menanggapi situasi darurat dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan keamanan pekerja dan kelancaran proyek konstruksi.
Keterampilan dan Kualifikasi yang Dibutuhkan
Untuk menjadi seorang teknisi scaffolding, seseorang harus memiliki pengetahuan dan keterampilan teknis yang kuat dalam konstruksi dan penggunaan scaffolding. Mereka harus memahami prinsip-prinsip desain scaffolding, serta standar keselamatan yang terkait dengan pekerjaan di ketinggian.
Pendidikan formal dalam bidang konstruksi atau teknik sipil seringkali merupakan persyaratan untuk menjadi seorang teknisi scaffolding. Selain itu, sertifikasi tambahan dalam keselamatan kerja dan penggunaan peralatan konstruksi mungkin juga diperlukan, tergantung pada peraturan dan persyaratan di wilayah tempat mereka bekerja.
Pekerjaan sebagai teknisi scaffolding dapat menantang dan membutuhkan tingkat kehati-hatian yang tinggi. Mereka sering bekerja di ketinggian dan di lingkungan yang berpotensi berbahaya, sehingga harus selalu waspada terhadap risiko keselamatan.
Namun, pekerjaan ini juga dapat memberikan banyak manfaat. Selain gaji yang kompetitif, teknisi scaffolding juga memiliki kesempatan untuk bekerja dalam industri konstruksi yang terus berkembang. Mereka dapat memperoleh pengalaman yang berharga dan memajukan karier mereka dengan memperoleh keterampilan dan pengetahuan yang lebih dalam tentang konstruksi dan penggunaan scaffolding.
Mengapa Pelatihan Teknisi Scaffolding Begitu Penting?
Training scaffolding – mengetahui dan melaksanakan peraturan keselamatan kerja yang berlaku pada saat menangani scaffolding merupakan suatu keahlian yang harus dimiliki oleh seorang scaffolder. Peningkatan keahlian dari scaffolder tersebut haruslah selalu diupdate dengan cara mengikuti pelatihan scaffolding yang sesuai.
Melalui pelatihan supervisor scaffolding dan pelatihan teknisi scaffolding ini diharapkan peserta dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, tanggung jawab dan disiplin, pemahaman dan pengertian tentang persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat, dan sejahtera, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Pelatihan scaffolding penting karena memiliki peran kunci dalam mendukung perkembangan pembelajaran dan kemampuan seseorang dalam bekerja. Scaffolding merujuk pada strategi pembelajaran yang dirancang untuk membantu individu belajar sesuatu yang baru atau lebih kompleks dengan memberikan dukungan seiring waktu, dan kemudian secara bertahap mengurangi dukungan tersebut seiring dengan perkembangan kemampuan individu.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa training scaffolding sangat penting:
Dukungan Progresif: Scaffolding memungkinkan peserta didik untuk memahami konsep atau keterampilan yang lebih kompleks dengan cara yang terstruktur. Ini memungkinkan pelatih atau fasilitator untuk memberikan dukungan secara bertahap, sesuai dengan kebutuhan individu.
Penyesuaian dengan Kemampuan Individu: Setiap individu memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Scaffolding memungkinkan pelatih untuk menyesuaikan tingkat dukungan sesuai dengan kemampuan dan tingkat pemahaman setiap peserta pelatihan.
Mendorong Kemandirian: Melalui scaffolding, peserta pelatihan diberdayakan untuk mengatasi tugas atau masalah secara mandiri seiring waktu. Ini membantu membangun rasa percaya diri dan kemandirian dalam belajar.
Penting dalam Zona Proximal Pembelajaran (ZPD): Konsep ZPD, yang dikemukakan oleh Lev Vygotsky, menunjukkan bahwa ada suatu rentang di mana individu dapat belajar dengan dukungan. Scaffolding membantu memaksimalkan pemanfaatan ZPD, sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif.
Meminimalkan Frustrasi: Dengan memberikan dukungan yang tepat pada waktu yang tepat, pelatihan scaffolding dapat membantu mengurangi tingkat frustrasi yang mungkin muncul ketika individu dihadapkan pada tugas atau konsep yang sulit.
Mengakomodasi Gaya Pembelajaran: Scaffolding dapat disesuaikan dengan berbagai gaya pembelajaran. Pelatih dapat menggunakan pendekatan yang lebih visual, auditif, atau kinestetik, sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Pembelajaran Kolaboratif: Scaffolding sering kali melibatkan interaksi antara pelatih dan peserta pelatihan, atau antara peserta pelatihan sendiri. Ini mempromosikan pembelajaran kolaboratif dan membangun komunitas belajar yang saling mendukung.
Dasar Hukum Pelaksanaan Pelatihan Scaffolding
Dasar hukum pelaksanaan pelatihan perancah (scaffolding) di Indonesia mengacu pada beberapa peraturan terkait Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Berikut adalah dasar hukum yang relevan:
- Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 87: Mengamanatkan perusahaan untuk menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) guna melindungi pekerja dari risiko kecelakaan.
- Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Pasal 3: Pengusaha wajib menyediakan alat pelindung diri, pelatihan, dan informasi untuk menjamin keselamatan tenaga kerja, termasuk pekerja yang menggunakan peralatan seperti scaffolding.
- Peraturan Menteri Ketenagakerjaan (Permenaker)
Permenaker No. 9 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan pada Ketinggian
Permenaker No. 8 Tahun 2020 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pesawat Angkat dan Angkut - Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER.01/MEN/1980 tentang K3 pada Konstruksi Bangunan Pasal 2: Mengatur penyelenggaraan pelatihan untuk tenaga kerja yang menggunakan peralatan konstruksi, termasuk perancah.
- Standar Nasional Indonesia (SNI) SNI terkait penggunaan scaffolding (misalnya SNI 03-1726-2019 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung dan Non-Gedung) juga mengatur aspek teknis keselamatan.
- Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 1976 tentang Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menginstruksikan semua pihak untuk meningkatkan upaya keselamatan kerja, termasuk melalui pelatihan K3.
Manfaat yang Didapatkan Setelah Mengikuti Training Scaffolding
Pelatihan teknisi scaffolding dirancang untuk memenuhi peraturan pemerintah: UU no. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Peraturan Menteri Tenaga Kerja no. PER. 01/MEN/1980 tentang Keselamatan & Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan dan SKB Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum no. Kep 174/Men/1986 dan no. 104/Kpts/1986 dan pedoman pelaksanaan tentang keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi.
Tujuan Pelatihan Teknisi Scaffolding
- Mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang sistem keselamatan kerja.
- Meningkatkan pengetahuan tentang standar dan pedoman teknis perancah.
- Memahami prosedur kerja aman perancah (bekerja di ketinggian).
- Memperoleh sertifikasi resmi dari Kemnaker RI.
- Dokumen Persyaratan dan Materi Pelatihan
Untuk mengikuti pelatihan scaffolding, peserta harus memenuhi beberapa persyaratan dokumen, seperti:
- Mengisi formulir pendaftaran.
- Menyediakan softcopy ijazah SMA (asli/legalisir).
- Menyediakan softcopy KTP.
- Menyediakan softcopy pas foto berlatar merah.
- Menyediakan softcopy surat keterangan kerja.
- Menyediakan softcopy surat keterangan sehat dari RS/klinik/puskesmas.
- Menyediakan softcopy pakta integritas (dari penyelenggara pelatihan).
Materi pelatihan scaffolding mencakup:
- Pelatihan Supervisor Scaffolding:
- Kebijakan dan pengetahuan dasar K3.
- Pembinaan dan pengawasan norma K3 perancah.
- Jenis-jenis dan perlengkapan perancah.
- Rancang bangun perancah.
- Pemasangan & pembongkaran perancah.
- Inspeksi perancah.
- Sistem proteksi bahaya.
- Identifikasi bahaya, penilaian, pengendalian resiko perancah.
- Bekerja di ketinggian.
- P3K di tempat kerja dan rencana tanggap darurat.
- Evaluasi dan ujian teori.
- Laporan pekerjaan supervisi.
- Praktek lapangan.
- Pelatihan Teknisi Scaffolding:
- Peraturan dan perundangan K3 konstruksi bangunan.
- Pengetahuan dasar perancah.
- Jenis-jenis perancah.
- Standar dan pedoman teknis perancah.
- Supervisi dan pemeriksaan perancah.
- Penggunaan perancah yang aman.
- Dasar-dasar penilaian beban perancah.
- Potensi bahaya konstruksi perancah.
- Pemasangan dan pembongkaran perancah.
- Cara pencegahan kecelakaan kerja perancah.
- Prosedur kerja aman perancah (bekerja di ketinggian).
Fasilitas dan Durasi Pelatihan
Pelatihan scaffolding diselenggarakan selama 6 (enam) hari untuk supervisor scaffolding dan 5 (lima) hari untuk teknisi scaffolding, mulai dari pukul 08.00 sampai 17.00 WIB. Fasilitas yang didapatkan peserta antara lain:
Instruktur dan Lokasi Pelatihan
Instruktur yang akan memberikan pelatihan adalah instruktur senior dari Kemnaker RI dan instruktur yang berkompeten dan berpengalaman di bidangnya.
Sarana K3 Building, dengan alamat Jl. Raya Pd. Gede No.27, RT.12/RW.1, Lubang Buaya, Kec. Cipayung, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13810, merupakan penyelenggara pelatihan scaffolding terbaik di Indonesia. Sarana K3 Building telah memiliki reputasi yang baik dalam menyediakan pelatihan berkualitas tinggi dan membantu peserta memperoleh sertifikasi resmi dari Kemnaker RI.
Mengenal Profesi Scaffolder & Resiko Pekerjaannya
Teknisi perancah adalah tenaga profesional yang bertanggung jawab untuk memasang, memperbaiki, dan memelihara peralatan perancah. Mereka memastikan bahwa peralatan tersebut bekerja dengan benar dan aman sehingga pekerjaan konstruksi dapat berlangsung dengan lancar.
Tugas utama teknisi perancah meliputi:
- Memasang peralatan perancah: Teknisi perancah harus memastikan bahwa peralatan perancah dipasang dengan benar dan aman sesuai dengan spesifikasi dan standar industri.
- Melakukan perawatan rutin: Teknisi perancah harus melakukan inspeksi rutin pada peralatan perancah untuk memastikan kondisi yang aman dan memperbaiki masalah yang terdeteksi.
- Melakukan perbaikan: Jika terjadi masalah dengan peralatan perancah, teknisi perancah harus mampu menemukan dan memperbaiki masalah dengan cepat dan efisien.
- Menyediakan pelatihan: Teknisi perancah juga bertanggung jawab untuk memberikan pelatihan kepada pekerja konstruksi tentang bagaimana menggunakan peralatan perancah dengan benar dan aman.
Resiko yang Dihadapi Teknisi Perancah
- Resiko kecelakaan kerja: Menjadi teknisi perancah sangat berisiko karena harus bekerja pada ketinggian yang tinggi. Kecelakaan seperti jatuh dari perancah, terjatuh dari tangga, dan kecelakaan dengan peralatan adalah beberapa hal yang dapat terjadi dan sangat membahayakan.
- Resiko kesehatan: Bekerja pada ketinggian yang tinggi dan dengan peralatan berat dapat mempengaruhi kesehatan teknisi perancah, seperti sakit punggung, lelah, dan cedera otot.
- Resiko lingkungan: Menggunakan peralatan besar dan berat dapat mempengaruhi lingkungan sekitar, seperti kerusakan tanah, polusi suara, dan kerusakan lingkungan lainnya.
- Resiko hukum: Teknisi perancah harus memastikan bahwa peralatan yang mereka gunakan memenuhi standar industri dan hukum yang berlaku. Jika terjadi kecelakaan yang disebabkan oleh peralatan yang tidak sesuai, teknisi perancah dapat dikenakan tuntutan hukum.